Pertemuan Pertama PBAC
Posted by
PBAC?
Mendengar mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar Cetak atau yang biasa disingkat dengan PBAC, pertama
kali terlintas di kepala adalah membuat modul
dan buku pelajaran. Mengapa? Karena mata kuliah Pengembangan Sistem
Instruksional (PSI) sempat menyinggung sedikit tentang PBAC sebagai salah satu
tujuan dari mata kuliah PSI, yaitu mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar yang
dihasilkan sebagai produk akhir dari mata kuliah PSI adalah bahan ajar cetak,
yaitu modul satuan pelajaran. Tetapi, saya rasa bahan ajar cetak tidak hanya
sebatas modul atau buku pelajaran melainkan berbagai media cetak yang di
dalamnya berisi sebuah informasi, seperti poster, komik, handout, dan lain-lain.
Perkuliahan pertama mata kuliah
PBAC memberi gambaran lebih tentang apa itu PBAC. PBAC tidak sekedar membuat
modul dan buku pelajaran seperti yang saya bayangkan sebelumnya, tetapi dalam
mata kuliah PBAC kita akan mempelajari hal-hal berikut, di antaranya:
1. Menganalisis kebutuhan peserta didik.
2. Menganalisis kurikulum dan mengembangkannya
menjadi sebuah bahan belajar cetak yang menarik, sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, serta memenuhi dengan aspek-aspek yang berlaku dalam proses
mengembangkan bahan ajar cetak.
3. Menilai bahan ajar cetak yang sudah ada. Apakah
bahan ajar cetak tersebut sudah baik atau belum, sesuai dengan aspek-aspek
pengembangan bahan ajar cetak yang telah dipelajari.
Harapan dari Mata Kuliah PBAC
Harapan saya setelah mengikuti perkuliahan PBAC adalah dapat
mengembangkan bahan ajar cetak yang menarik, sesuai dengan kebutuhan peserta
didik, serta sesuai dengan aspek-aspek yang berlaku dalam proses mengembangkan
bahan ajar cetak. Mengapa? Karena saat mengembangkan modul satuan pelajaran pada
mata kuliah PSI, saya merasa belum maksimal karena waktu yang terbatas dan
pemahaman yang tidak mendalam tentang modul satuan pelajaran. Alasan yang kedua,
banyak ditemukan kasus bahwa bahan ajar cetak yang ada di pasaran, khususnya
buku, tidak sesuai dengan karakter sasaran dan aspek-aspek pengembangan bahan
ajar cetak. Satu hal lagi, banyak teman-teman saya yang beranggapan “Saya
senang baca buku, kecuali buku pelajaran.”. Hal tersebut meyakinkan saya bahwa
ada yang salah dengan buku pelajaran yang ada saat ini sehingga dirasa tidak
menarik.
Susunan Istilah terkait PBAC
1.
Kurikulum
2.
Penelitian
3.
Peserta Didik
4.
Analisis Kebutuhan Peserta Didik
5.
Materi
6.
Pengembangan
7.
Desain
8.
Kisi-kisi
9.
Judul
10.
Rangkuman
11.
Naskah
12.
Cara Penulisan
13.
Ejaan
14.
Keterbacaan
15.
Bahan Ajar
16.
Cetakan
17.
Poster
18.
Handout
19.
Komik
20.
Skripsi
21.
Modul
22.
Buku
23.
E-book
24.
Industri Buku
25.
Belajar
26.
Pembelajaran
27.
Menilai
28.
Evaluasi
Paragraf dari Susunan Istilah terkait PBAC
Setiap lembaga pendidikan tentu memiliki kurikulum sebagai pedoman dasar proses pembelajaran.
Kurikulum tersebut nantinya akan dikembangkan menjadi sebuah strategi
pembelajaran yang akan digunakan sebagai gambaran rinci dari suatu proses
pembelajaran. Hal pertama yang harus dilakukan dalam membuat strategi
pembelajaran adalah penelitian
terhadap peserta didik.
Mengapa peserta didik? Karena peserta didik adalah fokus utama dari
pendidikan. Strategi pembelajaran dibuat agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang tercantum di dalam kurikulum dengan menyesuaikan
karakteristik masing-masing peserta didik. Masing-masing peserta didik memiliki
karakteristik yang berbeda, mungkin secara umum karakteristik yang dimiliki
sama, tetapi secara rinci tidak. Oleh karena itu, penelitian tersebut akan
mengungkap analisis kebutuhan peserta
didik, yaitu karakteristik masing-masing peserta didik dan apa saja
yang mereka butuhkan dalam proses pembelajaran secara rinci, sehingga proses
pembelajaran akan dapat berlangsung sesuai dengan karakter dan harapan setiap
peserta didik.
Hasil analisis kebutuhan peserta didik tersebut akan menjadi penentu
topik atau pokok bahasan yang akan dipelajari, metode dan media pembelajaran
yang digunakan, alokasi waktu proses pembelajaran, hingga umpan balik dan
tindak lanjut bagi peserta didik.
Topik atau pokok bahasan yang akan dipelajari, tentu di dalamnya terdapat
beberapa materi. Materi-materi
tersebut harus dirancang secara menarik agar tersampaikan kepada peserta didik.
Salah satu caranya adalah menggunakan media pembelajaran, contohnya bahan ajar
cetak. Mengapa? Karena bahan ajar cetak memiliki ‘sensasi’ tersendiri, seperti
dapat disentuh, tidak mudah hilang atau rusak, dapat dibawa ke mana saja, dapat
digunakan kapan saja dan berulang-ulang, lebih nyaman di mata, dan masih menjadi
sumber utama proses pembelajaran. Tetapi ada pula yang beranggapan bahwa bahan
ajar cetak sudah terlalu kuno dan membosankan di era digital sekarang. Oleh
karena itu, perlu adanya pengembangan
bahan ajar cetak sehingga tidak lagi dirasa kuno dan membosankan.
Tahap awal pengembangan bahan ajar cetak adalah merancang atau membuat desain bahan ajar cetak. Diawali
dengan merumuskan kisi-kisi secara
berurut dan rinci, berisi poin-poin penting terkait apa-apa saja yang
dibutuhkan dalam mengembangkan bahan ajar cetak, mulai dari pemilihan judul yang menarik hingga rangkuman yang singkat, padat,
dan jelas mencakup isi dari materi bahan ajar cetak tersebut. Desain tidak
semata tampilan visual grafis bahan ajar cetak, tetapi konten atau isi dari bahan
ajar cetak tersebut juga sangat diperhatikan agar dapat tersampaikan dengan
baik kepada peserta didik.
Kisi-kisi tersebut akan dikembangkan menjadi sebuah naskah bahan ajar cetak. Penulisan naskah bahan ajar cetak tentu
harus berisikan materi yang akan dipelajari yang disusun secara sistematis,
harus sesuai dengan cara penulisan
dan ejaan yang berlaku dalam
etika Bahasa Indonesia. Langkah berikutnya dalam pengembangan bahan ajar cetak yang
merupakan media visual adalah membuat bahan ajar tersebut agar siap cetak. Keterbacaan harus diperhatikan
sesuai dengan prinsip desain pesan, mulai dari penggunaan warna background dan
objek, ukuran kertas, ukuran teks, ukuran gambar, tata letak, dan lain-lain.
Hal tersebut bertujuan agar materi yang akan dipelajari dapat tersampaikan
dengan baik kepada peserta didik.
Setelah proses pencetakkan, barulah terwujud suatu bahan ajar (yang berupa cetakkan
tentunya) yang baik, yang memenuhi syarat-syarat atau prinsip-prinsip yang
berlaku, serta yang terpenting adalah materi atau informasi dari bahan ajar
cetak tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta didik. Beberapa wujud
bahan ajar cetak, di antaranya:
1. Poster
pendidikan, yaitu berupa selembar kertas berukuran besar (minimal A3) yang
ditempel pada bidang datar, dapat dilihat dari jarak tertentu yang cukup jauh,
dan memiliki desain menarik yang mengandung sebuah makna pembelajaran di
dalamnya.
2. Handout,
yaitu beberapa lembaran kertas yang berisi gambaran secara garis besar mengenai
topik atau pokok bahasan pembelajaran tertentu.
3. Komik
pendidikan, yaitu kumpulan gambar yang di dalamnya berisi tokoh, latar, dan
percakapan antar tokoh yang mengandung nilai-nilai atau makna pembelajaran di
dalamnya.
4. Skripsi,
yaitu tulisan ilmiah karya mahasiswa yang menempuh pendidikan S1 sebagai syarat
kelulusan. Skripsi juga dapat dijadikan bahan ajar cetak sebagai referensi
tambahan, tetapi biasanya mahasiswa terlalu malas untuk membaca skripsi karena
terlalu tebal dan isinya yang monoton.
5. Modul,
termasuk bahan ajar cetak yang lengkap dan memenuhi kebutuhan belajar mandiri.
6. Buku,
merupakan bahan ajar cetak yang sudah digunakan dari zaman dahulu sampai
sekarang. Buku adalah sekumpulan kertas yang berisi informasi yang disusun
secara sistematis dan dijilid menjadi satu dengan minimal 48 halaman menurut
UNESCO.
Wujud digital dari buku adalah e-book. E-book bisa berupa buku
cetakan lama yang didigitalkan melalui proses scan, atau buku cetakan lama atau
baru yang memang sengaja dibuat versi digitalnya.
Buku yang dianggap baik, dari segi
penyajian materi, desain visual, dan lain-lain, akan memasuki tahap industri buku. Tahap ini
meliputi pencetakkan buku dalam jumlah besar dan didistribusikan atau menjalin
kerja sama ke berbagai agen terkait baik di dalam maupun di luar negeri.
7.
Dan lain-lain (koran, majalah, booklet).
Produk bahan ajar cetak tersebut dapat digunakan oleh peserta didik untuk
keperluan belajarnya secara
individual, ataupun dalam proses pembelajarannya
dengan berinteraksi dengan teman, guru, bahkan dengan ahlinya baik di dalam
maupun di luar kelas.
Sebelum bahan ajar cetak tersebut disebarluaskan, pastikan terlebih
dahulu bahwa bahan ajar cetak tersebut sudah melalui tahap penilaian dan evaluasi
agar tidak terjadi kekeliruan dalam pelaksanaannya. Penilaian dan evaluasi
dilakukan dengan uji coba kepada beberapa peserta didik dengan pedoman
instrumen evaluasi. Penilaian meliputi aspek cara penulisan, ejaan,
keterbacaan, materi, dan desain grafis dari bahan ajar cetak tersebut. Evaluasi
meliputi tindak lanjut dari hasil penilaian, misal, revisi jika ada kesalahan
dalam desainnya atau menyebarluaskan bahan ajar cetak jika sudah dinyatakan
layak.
Nama :
Annisa
NIM :
1215121086
Kelas :
PBAC TP Reg 2012 – Semester 101
0 komentar:
Posting Komentar