Akhlak dalam
Islam
Kata akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu
jama’ dari kata khuluqun yang secara etimologis bermakna tabi’at, budi pekerti,
adat dan kebiasaan. Sedangkan pendekatan lain bisa dari kata khalaqa sangat
erat kaitannya dengan kata khaliq yang menciptakan dan makhluk yang diciptakan.
Dari sini ada korelasi hubungan yang baik antara khaliq (Tuhan) dengan makhluk
(manusia).
Definisi
akhlak secara terminologis :
1.
Ibnu Maskawaih menjelaskan bahwa akhlak adalah keadaan gerak jiwa
yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa ia memikirkan.
2.
Al-Ghazali akhlak adalah keadaan jiwa yang menumbuhkan perbuatan
dengan mudah dilakukan tanpa perlu berfikir lebih lama.
3.
Ahmad Amin, akhlak adalah kehendak yang dibiasakan.
Model akhlak
yang yang harus kita contoh dan teladani adalah akhlak Rasulullah Muhammad SAW.
Sesuai firman Allah SWT dalam QS. Al-Qalm, (68):4, “Sesungguhnya, Engkau
(Muhammad) benar-benar berbudi pekerti (khuluqin) yang luhur”. Karena itu,
Rasulullah SAW merupakan teladan bagi umat manusia dalam mewujudkan akhlak
mahmuda, akhlak yang islami. Hal ini dipertegas dalam QS. Al-Ahzab, (33):21,
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu,
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan yang banyak menyebut Allah.” Bahkan Nabi sendiri dalam sabdanya
menjelaskan, “Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.
Akhmad)
Adakah
persamaan antara etika, moral dengan akhlak ? Pengertian etika, moral, dan akhlak
terkesan sama, apalagi kalau ketiga istilah itu disandarkan pada Islam. Oleh
karena itu, hal tersebut perlu dijelaskan, bahwa kata “etika” berasal dari
bahasa Yunani, yaitu “ethos” artinya adat kebiasaan. Etika bisa saja merupakan
istilah lain dari akhlak atau moral, tetapi memiliki perbedaan yang substansial
karena konsep akhlak berasal dari pandangan agama terhadap tingkah laku
manusia, sedangkan etika adalah pandangan tentang tingkah laku manusia dalam
persfektif filsafat. Kalau ada persamaan adalah sama-sama membicarakan tabiat
manusia.
Etika adalah
sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sisyem tata nilai suatu masyarakat
tertentu. Sementara moral secara etimologis berasal dari bahasa latin “mores”,
kata jamak dari “mos” yang berarti adat kebiaasaan, atau tata susila. Dalam hal
ini yang dimaksud adat kebiasaan adalah tindakan manusia yang sesuai dengan
ide-ide umum yang diterima masyarakat, mana yang baik dan wajar.
Ciri Perbuatan Akhlak:
1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari luar.
4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5. Dilakukan dengan ikhlas.
Ruang lingkup Kajian Ilmu Akhlak:
·
Perbuatan-perbuatan manusia menurut
ukuran baik dan buruk.
·
Objeknya adalah norma atau penilaian
terhadap perbuatan tersebut.
·
Perbuatan tersebut baik perbuatan
individu maupun kolektif. Manfaat mempelajari Ilmu Akhlak:
a.
Menetapkan criteria perbuatan yang baik
dan buruk.
b.
Membersihkan diri dari perbuatan dosa
dan maksiat.
c.
Mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas
kehidupan manusia.
d.
Memberikan pedoman atau penerangan bagi
manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau buruk.
Pembagian
akhlak
a.
Akhlak kepada Allah SWT
1. Tauhid
Tauhid artinya mengesakan Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu. QS. Al-Ikhlas, (122):1, “katakanlah (Muhammad) Allah itu esa.
Menyekutukan Allah dengan lainnya adalah syirik dan orangnya disebut musyrik.
Dosa syirik kepada Allah adalah dosa besar, bahkan dosa yang tidak terampuni.
2. Taqwa
Definisi taqwa yang paling popular adalah “memelihara diri dari
siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya”. Taqwa makna asal adalah
pemeliharaan diri. Diri harus dipelihara dari yang ditakuti, dan yang
paling ditakuti adalah siksa Allah SWT. Muttaqin adalah orang-orang yang
memelihara diri mereka dari azab dan kemarahan Allah dengan cara berhenti di
garis batas yang telah ditentukan, melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya.
3. Tawakkal
Tawakkal adalah membebaskan hari dari segala ketergantungan kepada
selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatu kepada-Nya. Tawakkal
harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal 9 ikhtiar. Tidaklah dinamai
tawakkal kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil berpangku tangan tanpa
melakukan apa-apa. Rasulullah pernah menegur seorang badui yang tidak mengikat
untanya karena menurut dia itulah cerminan sikap tawakkal. “ikat dan
tawakkallah” (HR. Tarmidzi, Ibnu Khuizaimah, dan Tabrani). Sebab apabila
seseorang telah berusaha dengan sunguh-sungguh untuk menggapai sesuatu,
mengerahkan segala tenaga dan pikiran, membuat perencanaan dan lain sebagainya,
kalau kemudian gagal, tidak sesuai yang diharapkan dia tidak putus asa, ia
bertawakkal kepada Allah.
4. Taqarrub
Taqarrub adalah cara mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan
melaksanakan ibadah yang wajib, dan ibadah sunnah lainnya.
5. Taubat
Taubat berakar kata taaba yang berarti kembali. Orang yang
bertaubat kepada Allah SWT adalah orang yang kembali dari sesuatu (yang jelek)
menuju sesuatu (yang baik).
b. Akhlak terhadap makhluk
Akhlak
terhadap makhluk dibagi 2 yaitu akhlak terhadap sesama manusia dan akhlak
terhadap alam semesta.
Akhlak pada
manusia
1. Akhlak pada
diri sendiri
Sebagai hamba Allah, manusia diwajibkan untuk selalu bersikap
tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Manusia yang tidak mau tunduk dan patuh
kepada-Nya disebut manusia yang ingkar, yang dalam bahasa Al-Quran disebut
dengan kafir. Golongan kafir ada 2 macam :
1. Kafir aqidah
yaitu orang yang tidak menerima islam sebagai agamanya.
2. Kafir ni’mat
yaitu orang yang mengakui islam dengan utuh dan baik.
Pengaruh akhlak terhadap Allah pada diri pribadi ialah :
1. Dapat
bersikap wara’ atau penuh pertimbangan dalam bertindak, apakah perbuatan itu
sesuai dengan hukum Allah, tidak melanggar hak orang lain dan sebagainya.
2. Pandai
mensyukuri nikmat.
3. Sabar dan
tawakkal.
4. Optimis dan
sportif.
5. Tawadhu’
atau rendah hati.
6. Syaja’ah
atau berani menegakkan kebenaran.
7. Ikhlas dan
ridho.
8. Zuhud
berarti tidak diperdayakan oleh godaan duniawi dan hawa nafsu, hidup sederhana,
dan tidak berlebihan baik menurut dirinya maupun menurut lingkungan sekitarnya,
terutama menurut ketentuan Allah, serta tidak tergolong mubazzir.
c. Akhlak
terhadap keluarga atau pada orang lain
d. Akhlak dalam
kehidupan masyarakat dan bernegara
e. Akhlak pada
alam lingkungan
a.
Akhlak terhadap alam nyata
b. Akhlak
terhadap alam gaib
Tasawuf dalam islam
1. Pengertian
tasawuf
Ajaran
tasawuf (sufisme) telah sangat populer selama berabad-abad dalam dunia islam,
hingga sekarang ini. Tasawuf adalah salah satu bidang kajian studi islam yang
memusatkan perhatiannya pada upaya pembersihan pada aspek batiniah yang dapat
menghidupkan kegairahan akhlak yang mulia. Istilah tasawuf sendiri berasal dari
kata “sufi” yang mengandung arti suci. Secara umum kata itu terdiri dari 3
huruf, yaitu shad, wau, dan fa, dibaca “shawafa”. Shawafa berasal dari bahasa
arab, yaitu :
a.
Shafwaa atau safwe, yang berarti orang-orang bersih, atau
orang-orang terpilih.
b.
Shuffa, disebut ahlush-shuffah yaitu orang-orang beranda.
c.
Shuuf, yang berarti bulu domba.
d.
Shaaf, yaitu barisan atau deret.
e. Teoshofie, bahasa
Yunani teos bermakna Tuhan, shopos bermakna hikmat.
Latar belakang munculnya tasawuf dalam islam
Munculnya
aliran tasawuf dalam islam para ahli berbeda pendapat , ada yang mengatakan
tasawuf muncul sesudah umat islam mempunyai kontak atau hubungan dengan
filsafat Yunani, agama kristen, agama hindu, budha, dan katolik. Sehingga
muncul anggapan bahwa tasawuf lajir dari luar islam. Pendapat ini terjadi pro
dan kontra karena dalam sejarah kehidupan rasul ternyata mengandung nilai-nilai
sufisme. Bila ditelusuri banyak ayat dan hadist serta perilaku Rasulullah SAW
yang sama dengan nilai-nilai yang ada dalam tasawuf.
Sumber Ajaran Tasawuf:
·
Unsur Islam: - Al-Qur’an mengajarkan
manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. Al-Maidah: 54), bertaubah dan mensucikan
diri (QS> At-Tahrim: 8), manusia selalu dalam pandangan Allah dimana saja
(QS. Al-Baqarah: 110), Tuhan memberi cahaya kepada HambaNya (QS. An-Nur: 35),
sabar dalam bertaqarrub kepada Allah (QS. Ali Imran: 3) - Hadis Nabi seperti
tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia mengenal penciptanya. -
Praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn
Affan, Ali Ibn Abi Talib, Abu Zar Al-Ghiffari, Hasan Basri, dll.
·
Unsur Non Islam:
a.
Nasrani: Cara kependetaan dalam hal
latihan jiwa dan ibadah.
b.
Yunani: Unsur filsafat tentang masalah
ketuhanan.
c.
Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh
dari satu badan ke badan yang lain.
Landasan teologis tasawuf
dalam islam
Landasan
atau dasar utama tasawuf juga adalah Al-Quran dan hadist karena di dalam
Al-Quran lah terkandung kedamaian, ketenangan, petunjuk-petunjuk, dan
hukum-hukum Allah yang benar. Seluruh kandungan Al-Quran adalah dasar tasawuf
itu sendiri.
Maqamat wa Al-Ahwal
Maqamat
Adalah
bentuk jama dari kata maqam. Maqam adalah disiplin keruhanian yang ditunjukkan
oleh seseorang berupa pengalaman-pengalaman yang dirasakan dan diperoleh
melalui usaha-usaha tertentu. Sedangkan ahwal jama dari kata hal adalah sikap
rohaniah yang dianugerahkan kepada manusia, tanpa diusahakan olehnya. Maqam menurut
pembagian dan susunan Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi dalam bukunya Kitab al-luma’
fi’t Tashawwuf ada 7 yaitu :
1. Maqam Taubat
Taubat yang
dimaksudkan sufi ialah tobat yang sebenar-benarnya, tobat yang tidak akan
membawa kepada dosa lagi.
2. Maqam Wara’
Pengertian
sufi wara adalah meninggalkan segala yang dalamnya terdapat syubhat
(keragu-raguan) tentang halalnya sesuatu.
3. Maqam Zuhud
Zuhud yaitu
keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian.
Menurut
Al-Junaid zuhd adalah keadaan jiwa yang kosong dari rasa memiliki dan ambisi
menguasai.
Menurut Ibn
Qadamah al-Muqaddasi zuhd ialah pengalihan keinginan dari sesuatu kepada yang
lebih baik.
Menurut Imam
al-Gazali zuhd ialah mengurangi keinginan kepada dunia dan menjauhi daripadanya
dengan penuh kesadaran dan dalam hal yang mungkin dilakukan.
Menurut Imam
al-Qusyairi zuhd ialah tidak merasa bangga dengan kemewahan dunia yang telah
ada di tangannya dan tidak merasa bersedih dengan hilangnya kemewahan tadi dari
tangannya.
4. Maqam Fakir
Fakir ialah
tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita.
5. Maqam Sabar
Sabar dalam
menjalankan perintah-perintah Allah, dalam menjauhi segala larangan-Nya dan
dalam meneruma segala cobaan-cobaan yang ditimpakan pada diri kita.
6. Maqam
Tawakkal
Dari segi
bahasa tawakkal merupakan bentuk kata dari al-wakalah yang mengandung arti
menyerahkan, menyadarkan, dan memercayakan.
7. Maqam Ridha
Al-Junaid
mengartikan ridha dengan (tarku al-ikhtiar) “meninggalkan usaha”. Sedangkan Dzu
al-Nun al-Misri, ridha ialah : menerima qada dan qadar dengan kerelaan hati
(sururul qalbi bimarri al-qadha).
Pergeseran tasawuf ke tarekat
Pengertian
tarekat (thariqah, jamaknya taraiq) secara etimologis antara lain berarti jalan
(khaifiyah), metode, sistem (al-uslub), haluan (madzhab), atau keadaan
(al-halah). Secara istilah tarekat bisa bermacam-macam pengertian yakni :
a. Perjalanan
seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara mensucikan diri atau
perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan.
b. Tarekat adalah organisasi keagamaan dalam Islam yang
menghimpun angota-anggota sufi yang sepaham bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
c. Tarekat bisa
juga bermakna wirid atau dzikir-dzikir yang dirumuskan sedemikian rupa yang
harus dibaca dengan jumlah tertentu.
d. Tarekat
berasal dari kata “thariqah” yang artinya “jalan”.
Tasawuf modern/neosufisme
Beberapa
contoh penerapan atau hubungan tasawuf dengan ilmu-ilmu sekuler, misalnya :
a. Pertemuan
tasawuf dengan fisika atau sains modern yang holistik.
b. Pertemuan
tasawuf dengan ekologi yang menyadarkan mengenai pentingnya kesinambungan alam
ini dengan keanekaragaman hayati.
c. Pertemuan
tasawuf dengan penyembuhan alternatif yang memberikan kesadaran bahwa masalah
kesehatan bukan hanya bersifat fisikal.
d. Pertemuan
tasawuf dengan psikologi baru yang menekankan segi transpersonl.
Hubungan tasawuf dengan akhlak
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan.
Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia,
sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan
Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam
prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.
Jika kata
“tasawuf” dengan kata “akhlak” disatukan, akan terbentuk sebuah frase, yaitu
tasawuf akhlaki. Secara etimologis, tasawuf akhlaki bermakna membersihkan
tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku. Tasawuf adalah proses
pendekatan diri pada Tuhan dengan cara mensucikan hati sesuci-sucinya. Dalam tasawuf akhlaki, sistem pembinaan
akhlak menganut 3 cara yaitu :
1. Takhalli
Sebagai
langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang sufi dengan cara mengosongkan
diri dari akhlak tercela serta memerdekakan jiwa dari hawa nafsu duniawai.
2. Tahalli
Sebagai
upaya mengisi jiwa dengan akhlak yang terpuji.
3. Tajalli
Yaitu
terungkapnya cahaya kegaiban atau “nur gaib”.
Makalah Agama Islam
Dosen: Ibu Eva
Annisa (1215121086)
0 komentar:
Posting Komentar