Faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam organisatoris kurikulum
yaitu :
a. Ruang
lingkup (Scope), mencakup materi dan pengalaman belajar. Menyangkut jawaban
atas pertanyaan : “materi dan pengalaman belajar apa yang harus diajarkan?
Berapa jauh ruang lingkup dan organisasi materi itu harus ditetapkan untuk
mencapai tujuan?”.
b. Integrasi atau keterpaduan, menyangkut mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain yang terkait. Bertujuan untuk membantu peserta didik melihat kesatuan yang ada antara semua materi pelajaran yang terkait. Yang berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang diterima siswa dapt memberikan bekal dalam menjawab tantangan hidupnya setelah siswa menyelesaikan program pendidikan disekolah.
c. Urutan Bahan (Sequence) menyangkut usaha untuk menghasilkan belajar kumulatif dan berkelanjutan secara vertikal. Berhubungan dengan berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar. Urutan bahan meliputi dua hal: pertama, urutan isi bahan pelajaran dan kedua, urutan pengalaman belajar yang memerlukan pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi pelajaran tertentu.
d. kontinuitas, menyangkut hubungan vertikal materi/kegiatan belajar. Contoh: untuk mengembangkan kemampuan menulis, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan terus-menerus dan berulang-ulang. berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif .
e. Kriteria keseimbangan, memperhatikan agar ada tekanan yang seimbang pada semua aspek yang ada. Keseimbangan dicapai kalau semua peserta didik berkesempatan memahami materi, baik pada aspek personal, sosial maupun intelektual. faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu mendapat perhatian yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses belajar.
Berdasarkan struktur dan
materi mata pelajaran yang diajarkan.
Hal ini
berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi
pembelajarannya):
(1) subject-curriculum,
a. Saparated Curriculum,
b. correlated curriculum,
(2) integrated-curriculum.
* catatan yang harus diingat, bahwa pembedaan tersebut lebih bersifat
teoretis, karena pada kenyataannya tidak ada kurikulum yang secara mutlak
dikembangkan dengan hanya salah satu bentuk saja dengan tanpa mengaitkannya
dengan yang lain.
1. Subject Curriculum
A. saparated Curriculum
1. Konsep dasar separate subject curriculum
Kurikulum ini menekankan
penyajian bahan pelajaran dalam bentuk bidang studi atau mata pelajaran.
Masing-masing mata pelajaran ditetapkan berdasarkan disiplin keilmuan. Isinya
ialah pengetahuan yang telah tersusun secara logis dan sistematis dari masing-masing
bidang keilmuan. Antarmata merupakan unsur yang terpisah-pisah. Tak ada
pengaitan antarsatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain.
*Penetapan materi pelajaran Bahasa Indonesia, misalnya, dilakukan untuk
mencapai empat keterampilan berbahasa saja (menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis). Mengenai apa yang disimak, yang dibicarakan, yang dibaca, dan
yang ditulis bebas saja, bisa mengenai energi, masyarakat, dll., tanpa
dikaitkan dengan isi mata pelajaran lain, yang terkait sekalipun (fisika dan
sosiologi). Yang penting, apa yang tersajikan dalam mata pelajaran itu
sistematis secara internal mata pelajaran itu sendiri.
Jumlah mata pelajaran dan
alokasi waktu yang diberikan bervariasi, sesuai dengan tingkat dan jenis
sekolah.Tingkat-tingkat sekolah sebagaimana kita ketahui adalah SD/MI, SMP/MTs,
dan SMA/MA. Sementara jenis sekolah biasanya mengacu pada sekolah umum dan
sekolah kejuruan. Masing-masing tingkat dan jenis sekolah memerlukan cakupan
dan spesifikasi bahan pelajaran yang berbeda-beda. Bahan pelajaran itu
selanjutnya dipilah-pilah berdasarkan satuan kelas dan semesternya. Dengan
demikian, pengorganisasian separate-subject curriculum benar-benar disusun
dengan berorientasi pada mata pelajaran (subject centered).
Pengorganisasian kurikulum
ini dilatarbelakangi oleh pandangan ilmu jiwa asosiasi, yang mengharapkan
terbangunnya kepribadian yang utuh berdasarkan potongan-potonganpengetahuan.
Kurikulum bentuk terpisah ini sangat menekankan pada pembentukan intelektual
dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan.
penyusunan separate-subject curriculum biasanya dilakukan tim pengembang
yang telah ditunjuk di tingkat nasional. Tim ini menentukan seluruh pengalaman
edukatif, luas bahan pelajaran (scope) yang harus disajikan dan dipelajari
siswa, serta waktu penyajian bahan pelajaran.
Hal lain yang penting dalam
pengorganisasian kurikulum ialah pengurutan
(sequence) bahan pelajaran. Pengurutan harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga benar-benar terjaga kesinambungan bahan. Harus dihindari
keterulangan bahan pelajaran yang sudah pernah dipelajari siswa di kelas
sebelumnya, dan keterlewatan bahan pelajaran. Sebelumnya telah dibahas bahwa penyusunan
kurikulum jenis ini dilakukan oleh tim. Tim ini terdiri atas para tokoh dan
ahli pendidikan serta para ahli dalam disiplin keilmuan tertentu. Mereka inilah
yang menetapkan apakah yang diperlukan siswa kelak dalam kehidupannya di
masyarakat. Jadi, dalam kurikulum ini memang sudah ditetapkan
pengalaman-pengalaman apa saja yang akan ditempuh siswa dalam belajar. Oleh
karena itu, biasanya bahan pelajaran dan bahkan buku pelajarannya, telah
disiapkan sebelumnya.
*Terdapat sejumlah persoalan yang muncul sebagai akibat pengorganisasian
kurikulum seperti ini.
Pertama, karena dibangun oleh
tim khusus, apalagi tingkat nasional, maka bisa dibayangkan adanya keseragaman
yang terjadi. Untuk negara Indonesia yang begitu luas, dari Sabang hingga
Merauke, menggunakan kurikulum yang sama. Padahal, daerah-daerah di wilayah
Indonesia ini sangat berbeda kondisinya.
Kedua, keberadaan buku pelajaran (paket) kerap menimbulkan
salah penyikapan bahwa kurikulum itu buku pelajaran. Pada kasus ini terjadilah
penyempitan substansi. Keadaan ini biasanya menimpa guru yang tidak profesional.
Apa pun yang terjadi, yang diajarkan dan disajikan kepada para siswa hanya buku
paket itu saja. Sebaliknya, bagi guru
yang profesional, ia tidak akan menggunakan buku (paket) saja. Dia tentu
akan menambah referensi lain untuk memperkaya, memperdalam, dan menyesuaikan
bahan pelajaran yang diajarkan selaras dengan kebutuhan siswa.
2. Kelebihan separated-subject curriculum.
a. Bahan pelajaran tersajikan secara logis dan sistematis
Dalam kurikulum ini, bahan
telah disiapkan dan disusun secara sistematis, logis, dan berkesinambungan.
Penyusunan bahan telah menggunakan urutan yang tepat, dari yang mudah menuju
yang sukar, dari yang sederhana menuju yang kompleks. Ilmu pengetahuan yang
akan disampaikan kepada anak sudah dalam urutan logis sebagaimana yang telah
ditata dan dipikirkan oleh para ahli. Dengan demikian, penggunaan kurikulum ini
akan memudahkan guru dalam menyajikan materi, dan dipandang lebih efektif dan
efisien, karena pihak sekolah dan guru tinggal menyampaikan saja.
b. Organisasi kurikulum sederhana serta mudah direncanakan dan dilaksanakan
Karena tiap mata pelajaran
disikapi sebagai suatu satuan yang otonom, maka perhatian dan penyusunan bahan
hanya sebatas mata pelajaran itu sendiri. Keseder-hanaan inilah yang menjadikan
kurikulum mudah disusun dan dilaksanakan oleh para pengembang maupun guru.
Kurikulum ini juga mudah
untuk direorganisasi, ditambah, atau dikurangi. Penentuan jumlah, cakupan,
dan
urutan mata pelajaran tidak seberapa menimbulkan banyak masalah Dalam
pelaksanaan kurikulum, guru umumnya dapat berpegang pada buku pelajaran yang
telah ditentukan, dan mengajarkannya bab demi bab. Apa yang diajarkan sudah
ditentukan lebih dahulu, sehingga guru dapat menyesuaikan jumlah waktu yang
ditentukan dengan bahan pelajaran yang tersedia.
c. Kurikulum mudah dinilai
Kurikulum ini utamanya
bertujuan menyampaikan sejumlah pengetahuan, pengertian, dan
kecakapan-kecakapan tertentu yang mudah dinilai dengan tes.
Bahan pelajaran pun bisa ditentukan dengan menetapkan buku-buku pelajaran
yang harus digunakan oleh suatu daerah, atau bahkan satu negara. Hal ini
akan memudahkan dilakukannya ujian umum yang sama dalam satu wilayah negara. Dengan
mudahnya pelaksanaan ujian, maka mudah pula mendapatkan data
seandainya diperlukan perubahan-perubahan. Misalnya bila materi sudah tidak
sesuai dengan tuntutan zaman, baik menyangkut keseluruhan komponen bahan
ataupun sebagian, maka dengan segera dapat dilakukan perubahan atau penyesuai-an
isi kurikulum.
d. Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum
Umumnya pendidikan guru
mempersiapkan calon guru/guru (tingkat sekolah lanjutan) untuk mengajarkan mata
pelajaran tertentu. Dengan kurikulum ini, apa yang akan diajarkan guru sejalan
betul dengan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya saat kuliah.
Lebih-lebih bila mereka telah memiliki pengalaman mengajar bertahun-tahun.
Mereka menjadi sangat menguasai bahan pelajaran dan lebih merasa aman dengan
menggunakan kurikulum subject-centered ini.
e. Kurikulum ini juga dipakai di perguruan tinggi
Manajemen kurikulum di
terguruan tinggi pada umumnya menerapkan speparated subject curculum.
Mahasiswa mempelajari bidang keilmuan secara terkonsentrasi. Karena saat di
sekolah menengah mereka juga diajar dengan menggunakan model kurikulum yang
sama, maka para siswa lulusan sekolah
menengah yang melanjutkan ke perguruan tinggi telah terbiasa dengan belajar
dalam situasi kurikulum seperti ini.
f. Kurikulum ini mudah diubah
Perubahan kurikulum yang
terjadi umumnya didasarkan pada organisasi mata pelajaran. Penyesuaian
kurikulum dengan kebutuhan zaman biasanya dilakukan dengan menambah mata
pelajaran, bisa juga meluaskan atau menyempitkan materi pelajaran. Hal seperti
ini tentu akan mudah dilaksanakan pada kurikulum yang diorganisasikan dengan
cara separated subject curiculum, karena masing-masing mata pelajaran
bersifat terpisah. Dengan demikian penambahan, pengurangan, ataupun cakupan
materi pun tidak akan mengganggu pelajaran lain.
3. Kelemahan Separate-Subject Curriculum
a. Mata pelajaran terpisah-pisah
Mata pelajaran dalam
kurikulum ini diberikan secara terpisah-pisah. Tidak ada upaya menghubungkan
antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini menjadikan
peserta didik akan menerima pengetahuan secara terpisah-pisah, dalam
konsentrasi masing-masing mata pelajaran. Padahal, berbagai persoalan kehidupan
yang riil umumnya perlu dihadapi dengan pengetahuan yang menyeluruh atau
terpadu. Dengan demikian, anak masih sering mengalami kegagapan pada saat menghadapi
persoalan sehari-hari dengan berbagai konteksnya.
b. Kurang memperhatikan masalah kehidupan sehari-hari
Penyampaian kurikulum ini
semata-mata menggunakan pendekatan ilmu
pengetahuan. Bahkan kadang-kadang materi yang dipelajari siswa tidak ada
relevansinya dengan kebutuhan hidup. Bila anak sudah bisa memecahkan permasalahan-permasalahan
di sekolah dianggap dengan sendirinya akan mampu mentransformasikannya dalam
menghadapi persoalan kehidupan sehari-hari. Padahal, kenyataan hidup di luar
sekolah berbeda sekali dengan apa yang biasa terjadi di sekolah.
c. Cenderung statis dan ketinggalan zaman
Karena pengetahuan dianggap
sebagai hal yang telah ditemukan orang masa lalu, maka kegiatan belajar siswa
di sekolah hanya mempelajari apa yang sudah ada dan disiapkan. Akibatnya, buku
pelajaran yang digunakan pun bisa berlaku bertahun-tahun, tanpa pernah
melakukan revisi. Bila ini yang terjadi, maka semuanya akan menjadi statis.
Buku pegangan guru tetap itu-itu saja. Padahal, kehidupan manusia terus berkembang
secara dinamis. Apa yang dianggap benar pada masa lalu, belum tentu dianggap
benar pada masa sekarang. Apalagi bila ada guru “tertutup” yang fanatik pada
satu buku, karena buku itulah yang dulu dipelajarinya, maka dianggaplah apa
yang ada dalam buku itu yang paling benar
.
d. Tujuan kurikulum sangat terbatas
Separated subject curriculum
hanya menekankan pada aspek intelektual, dan mengabaikan
aspek emosional dan sosial. Padahal, ketiga aspek itu sama
pentingnya bagi tumbuh-kembang siswa secara utuh. Karena hanya menekankan aspek
intelektual, maka anak akan mengalamai persoalan pada saat harus terjun ke
masyarakat untuk menjalani kehidupannya sehari-hari. Materi pelajaran pun disamaratakan
untuk semua peserta didik, tanpa memperhatikan perbedaan individu. Karena itu
pula, kurikulum separated subject curriculum dipandang tidak demokratis.
B. Correlated-Subject Curriculum
1. Konsep Dasar Correlated Subject Curriculum
Correlated subject curriculum dikembangkan dengan semangat menata/
mengelola keterhubungan antarberbagai mata pelajaran. Hal ini
dilatarbelakangi oleh kenyataan kehidupan bahwa tak ada satu fenomena pun yang
terlepas dari fenomena lainnya. Tidak mungkin kita membicarakan suatu mata
pelajaran tanpa menyinggung sama sekali mata pelajaran yang lain. Untuk itulah
diperlukan kurikulum yang dapat memberikan pengalaman belajar yang dapat
menghubungkan satu pelajaran dengan pelajaran lain. Kurikulum ini diharapkan
dapat membangun keterpaduan pengetahuan dan pengalaman belajar yang
diperolehnya. Dalam mata pelajaran fisika, misalnya, terdapat bahasan mengenai
listrik. Persoalan listrik tentu terkait dengan lingkungan alam, ekonomi, dan
juga sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu pula, ketika berbicara tentang
listrik dalam pelajaran Fisika, dapat pula dikaitkan dengan listrik sebagai
sesuatu yang bernilai materi dalam pelajaran Ekonomi, dan listrik sebagai
sumber energi yang dapat mempermudah kehidupan manusia dalam mata pelajaran
Sosiologi. Namun demikian, pengaitan antarmata pelajaran itu tidak menghilangkan
eksistensi dari masing-masing mata pelajaran yang dihubungkan.
Adanya upaya menata
keterhubungan antara berbagai mata pelajaran inilah yang kemudian melahirkan
bentuk kurikulum yang dikenal dengan correlated subject.
*yang harus dicatat, bahwa dalam correlated subject ini tidak
berarti kita memaksakan adanya hubungan antarsejumlah mata pelajaran. Kita
harus tetap sadar dan mempertahankan adanya batas-batas yang ada.
Upaya menghubungkan antarmata pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai
cara berikut:
a. Menghubungkan secara insidental
Pengaitan antarmata
pelajaran terjadi karena kasus kebetulan. Misalnya, saat dua atau lebih guru
bidang studi saling mengamati kurikulum atau bahan pelajaran yang ada, para
guru tersebut melihat adanya bahan pelajaran yang satu sama lain dapat
dihubungkan.
b. Menghubungkan secara lebih erat dan terencana
Pengaitan antarmata
pelajaran disebabkan oleh adanya suatu pokok bahasan atau permasalahan yang
dapat dibahas dari berbagai macam mata pelajaran Misalnya, masalah etika, moral, dan
kependudukan dibicarakan dalam mata pelajaran PKn, Bahasa Indonesia, IPS, dan
Agama. Pengaitan antarbahan pelajaran itu dilakukan secara terencana, bukan
kebetulan. Satu topik yang sama disoroti dari sudut pandang masing-masing mata
pelajaran. Namur demikian, setiap mata pelajaran tetap diberikan secara
sendiri-sendiri dalam jam yang berbeda.
c. Menghubungkan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan batas yang
ada
Pengaitan antarpelajaran
dilakukan dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran sehingga menghilangkan
batas yang ada antarmata pelajaran. Beberapa pelajaran yang sama dipadukan
menjadi satu dengan satu nama mata pelajaran. Misalnya pada kurikulum 2006 kita
kenal ada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang pada dasarnya di
dalamnya terdiri atas beberapa bahan/materi pelajaran ekonomi, geografi, dan
sejarah. Contoh lain bisa kita sebut mata pelajaran Matematika, yang merupakan
penggabungan dari mata pelajaran berhitung, aljabar, dan ilmu ukur. Penggabungan
beberapa mata pelajaran ini lazim disebut broad-fields, yang sebenarnya
berarti suatu kesatuan yang tidak terbagi dalam bagian-bagian. Akan tetapi,
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penggabungan itu masih sebatas pada
kumpulan bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang bahan/materi pelajarannya
dikurangi. Oleh karenanya, broad-fields ini sebenanya masih bersifat subject
centered (berorientasi pada mata pelajaran), hanya saja telah dimodifikasi dari
bentuknya yang tradisional.
2. Kelebihan Correlated Curriculum
a. Mendukung keutuhan pengetahuan dan pengalaman belajar murid
Siswa tidak menerima
pelajaran dalam satuan/bahasan yang terpisah-pisah. Mereka mempelajari suatu
permasalahan yang disoroti dari berbagai sudut yang saling berhubungan, yaitu melalui
berbagai mata pelajaran. Dengan demikian, pengetahuan dan pengalaman anak didik
diharapkan dapat lebih luas.
b. Memungkinkan penerapan hasil belajar yang lebih fungsional
Adanya keterkaitan antarmata
pelajaran menjadikan pengetahuan dan
pengalaman belajar siswa dapat diterapkan lebih fungsional. Pengaitan
antarmateri pelajaran lebih mengutamakan prinsip-prinsip daripada penguasaan
fakta-fakta. Dengan prinsip-prinsip yang diolah dari berbagai mata pejaran
inilah anak didik dapat lebih terbuka untuk memecahkan persoalan yang
dihadapinya secara lebih komprehensif.
c. Meningkatkan minat belajar siswa
Pemahaman tentang adanya
keterkaitan antarmata pelajaran dapat menjadi modal bagi tumbuhnya minat
belajar siswa. Mereka akan merasa apa yang dipelajari pada mata pelajaran
tertentu memiliki manfaat dalam mata pelajaran yang lain.
3. Kelemahan Correlated Subject Curriculum
a. Kurikulum masih bersifat subject centered
Sifat kurikulum yang subject
centered (berpusat pada subjek/mata pelajaran) menjadikan bahan pelajaran
disusun berdasarkan pada struktur ilmu pengetahuan. Artinya, bahan mata
pelajaran dalam kurikulum belum memiliki orientasi pada minat-bakat dan
kebutuhan sehari-hari siswa (child centered).
b. Kurang memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam
Penggabungan beberapa mata
pelajaran menjadi satu kesatuan lingkup yang lebih luas tidak memberikan
pengetahuan yang sistematis dan mendalam.
Bagaimana-pun, pembicaraan mengenai suatu pokok masalah dalam sejumlah
berbagai mata pelajaran tetap tidak padu, karena pada dasarnya
masing-masing
memang merupakan subject (mata pelajaran) yang berbeda. Dengan
dikuranginya bahan/materi (juga jam) pelajaran, maka pengetahuan yang dikuasai
anak didik menjadi dangkal.
c. Menuntut pendekatan interdisipliner
Para guru, khususnya untuk
sekolah lanjutan, umumnya disiapkan untuk
mengajar satu mata pelajaran tertentu. Sulit bagi mereka untuk menerapkan pendekatan
interdisipliner, yang menuntut kesanggupan guru untuk dapat berpandangan dan
berpikir secara lintas disiplin.Guru pun masih sangat fanatik
terhadap disiplin atau mata pelajaran pokok yang diasuhnya. Kalaupun
menggunakan mata pelajaran lain, hal itu kerap disikapi sebagai pelajaran
pembantu.
2. Integrated Curriculum
1. Konsep Dasar Integrated Curriculum
Ciri pokok dari integrated
curriculum ini adalah tiadanya batas atau sekat
antarmata pelajaran. Semua mata pelajaran dilebur menjadi satu dalam bentuk
unit. Oleh karena itu, kurikulum ini disebut juga sebagai kurikulum unit. Kalau
dalam correlated subject curriculum masing-masing mata pelajaran masih
menampakkan eksistensinya, maka dalam integrated curriculum ciri-ciri
setiap mata pelajaran hilang sama sekali. Namun, jangan disalahpahami. Integrated
curriculum tidak sekedar berupa keterpaduan bentuk yang melebur berbagai
mata pelajaran, melainkan juga aspek tujuan yang akan dicapai dalam belajar.
Melalui keterpaduan diharapkan dapat terbentuk pula keutuhan kepribadian
anak didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu,
apa yang diajarkan di sekolah harus benar-benar disesuaikan dengan situasi,
masalah, dan kebutuhan kehidupan di masyarakat.
*Sebagai ilustrasi, kita bisa mengangkat persoalan listrik dalam
masyarakat.
Persoalan listrik ini selanjutnya dibahas/dikupas dari berbagai perspektif
secara
komprehensif: dari segi lingkungan alam, ekonomi, sosial, mekanika, dsb. Di
sini mata pelajaran dilebur menjadi satu kesatuan unit bahasan yang tidak
terpisah-pisah sebagaimana halnya dalam separated subject curriculum maupun
corelated subject curriculum. Yang ada hanya perspektif dari ilmu alam,
ekonomi, dan sosial, dsb. Di dalam unit pembelajaran harus terdapat hubungan
antarberbagai kegiatan belajar siswa, dalam perspektif berbagai mata pelajaran.
Hal itu dapat dicapai jika tujuan pembelajaran mengarahkan siswa untuk dapat
memecahkan persoalan dengan menggunakan metode berpikir limiah (method of
intelegence).
Adapun mengenai pemilihan
masalah, terdapat dua pendapat yang saling bertentangan. Yang pertama mengedepankan
kebutuhan masyarakat (social-centered) dan yang kedua mengedepankan
minat dan kebutuhan anak didik (child-centered). Namun demikian, pada
dasarnya masih bisa diambil jalan tengah, yaitu dengan memilih masalah-masalah yang
sesuai dengan minat dan kebutuhan anak didik dengan tetap memperhatikan
kebutuhan sosialnya.
*karakteristik/ ciri-ciri dari integrated curriculum.
a. Merupakan kesatuan utuh bahan pelajaran.
Faktor yang menyatukan
antarbahan pelajaran itu ialah masalah-masalah yang harus diselidiki dan
dipecahkan anak didik. Seluruh bahan pelajaran digunakan untuk memecahkan
masalah.
b. Unit disusun berdasarkan kebutuhan anak didik, yang bersifat pribadi
maupun sosial, baik yang menyangkut kejasmanian maupun kerohanian. Dengan
sistem unit ini sengaja ditingkatkan perkembangan sosial anak dengan cara berkerja
sama melalui kerja kelompok.
c. Dalam unit, anak dihadapkan pada berbagai situasi yang mengandung
permasalahan yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari (life centered) yangdikaitkan
dengan pelajaran di sekolah. Dengan demikian, anak dilatih untuk memecahkan
masalah dengan metode berpikir ilmiah, yang dilakukan dengan langkah-langkah:
(1) merumuskan masalah,
(2) mencari jawaban dengan mencari dan mengumpulkan keterangan-keterangan
dari buku ataupun sumber lain,
(3) menganalisis, mengamati dan melakukan percobaan,
(4) mengambil kesimpulan, dan
(5) melakukan tindakan sesuai dengan hasil yang diperoleh.
d. Unit mempergunakan dorongan-dorongan sewajarnya pada diri anak dengan
melandaskan diri pada teori-teori belajar. Anak diberi kesempatan melakukan
kegiatan sesuai dengan minatnya. Anak pun harus diikutsertakan dalam
menetapkan pokok-pokok masalah yang akan dipelajarinya.
e. Pelaksanaan unit biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dari pada
modelpelajaran biasa. Untuk memecahkan satu masalah bisa jadi diperlukan waktu berjam-jam.
2. Kelebihan Integrated Curriculum
a. Segala hal yang dipelajari dalam unit berkaitan erat satu sama lain.
Bukan sekedar fakta-fakta terpisah, sehingga lebih fungsional bagi kehidupan
anak.
b. Sesuai dengan teori baru mengenai belajar yang mendasarkan pada
pengalaman,kematangan, dan minat anak. Anak terlibat secara aktif, berbuat,
serta belajar bertanggung jawab.
c. Memungkinkan hubungan yang lebih erat antara sekolah dan masyarakat,
karena masyarakat dapat menjadi laboratorium kegiatan belajar.
3. Kelemahan Integrated Curriculum
a. Tidak mempunyai organisasi yang logis dan sistematis. Bahan pelajaran
tidak dapat ditentukan terlebih dahulu secara sepihak oleh guru atau lembaga, melainkan
harus dirancang secara bersama-sama dengan murid.
b. Para guru umumnya tidak disiapkan untuk menjalankan kurikulum dalam
bentuk unit.
c. Pelaksanaan kurikulum unit sangat memerlukan waktu, serta dukungan
peralatan dan sarana dan prasarana yang cukup.
d. Tidak memiliki standar hasil belajar yang jelas, sehingga sulit mengukur
kemampuan anak secara nasional.
Makalah Pengantar Kurikulum Kelompok 4
Dosen: Dr. Khaerudin, M.Pd.
Annisa (1215121086)
0 komentar:
Posting Komentar